Monday, May 28, 2007

Kisah Luqman

Kisah yang sangat populer di kalangan umat muslim ini mengisahkan tentang cara unik Luqmanul Hakim mendidik putranya tentang keyakinan dalam mengambil keputusan :

Dikisahkan, pada suatu hari Luqman dan putranya hendak menjual keledai mereka ke pasar. Lalu pergilah mereka menuju pasar, dimana Luqman menunggang keledai, sedangkan putranya mengiringi menghela keledai dengan berjalan kaki. Baru beberapa lama berjalan, mereka berpapasan dengan sekelompok orang. Kemudian orang2 tersebut mencibir Luqman.
“Lihatlah, ayahnya membiarkan anaknya jalan kaki, sedangkan dia enak saja naik keledai”

Mendengar cibiran itu, mereka berganti posisi. Luqman yang menghela keledai, sedangkan putranya naik di punggung keledai. Setelah beberapa lama melanjutkan perjalanan, mereka kembali berpapasan dengan sejumlah orang yang juga kemudian mencibir mereka.
“Wahai, dunia sudah gila rupanya. Hei...anak muda, mengapa kau biarkan ayahmu yang sudah tua itu berjalan kaki, sedangkan kamu enak-enak menaiki keledai!”

Mendengar celaan itu, Luqman meminta anaknya untuk naik ke atas keledai sehingga kini kedua orang itu menunggangi keledai. Kemudian mereka melanjutkan perjalanan. Tak lama kemudian, mereka kembali berpapasan dengan sekelompok orang. Orang2 tersebut kemudian berkomentar lagi.
“Sungguh keterlaluan mereka, keledai yang malang itu kepayahan karena dipaksa mengangkat beban mereka berdua sekaligus. Betul betul sebuah penyiksaan!”

Mendengar itu, Luqman dan putranya memutuskan untuk bersama sama jalan kaki dan membiarkan keledai tanpa penumpang. Keputusan inipun dicela banyak orang. Luqman dan putranya dianggap bodoh karena tidak menggunakan keledai sebagai tunggangan.

Karena terus menerus dicela, akhirnya Luqman dan putranya memutuskan untuk memanggul keledai itu dengan sebatang bambu yang kuat. Namun apa yang terjadi?? Mereka justru semakin dikecam dan dianggap sebagai orang gila.
“Keledai yang sehat itu bukannya ditunggangi, malah dipanggul. Dasar orang gila!”

Itulah pelajaran yang diberikan Luqman kepada anaknya. Bahwa kita tidak bisa memuaskan dan menyenangkan semua orang. Walaupun Luqman telah mencoba mengakomodir pendapat setiap orang, namun pada akhirnya tidak ada keputusan yang sempurna, karena tidak pernah ada keputusan yang dapat memuaskan semua orang.
Tidaklah mudah mengambil keputusan apabila pertimbangannya adalah pendapat orang lain, karena setiap orang memiliki sudut pandang dan kepentingan yang berbeda.

0 comments:

 

Copyright © CARPE DIEM!!! Design by Free CSS Templates | Blogger Theme by BTDesigner | Powered by Blogger