Thursday, March 30, 2006

Maafkan Aku Ya Allah...

0 comments
Astaghfirullaahal ‘adziim.... Hari ini aku mendapatkan kesempatan untuk menjadikan suatu keadaan menjadi ladang amal buatku, tapi justru aku tidak bisa memberikan sikapku yang terbaik.... Lalu apa artinya shalatku selama ini jika keberadaanku tidak bisa memberikan kontribusi apapun buat orang yang membutuhkan pertolongan??

Ya Allah, maafkan aku.... Betapa ternyata derajat keimananku masih sangat2 rendah... Betapa ternyata aku ini orang yang sangat lemah Ya Allah...
Ya Allah..berikanlah aku kekuatan, agar hati ini menjadi tenang... Agar segala yang aku lakukan mendapat ridho-Mu... Amieen...

“Ya Tuhan kami, janganlah Engkau hukum kami jika kami lupa atau kami bersalah. Ya Tuhan kami, janganlah Engkau bebankan kepada kami beban yang berat sebagaimana Engkau bebankan kepada orang-orang sebelum kami. Ya Tuhan kami, janganlah Engkau pikulkan kepada kami apa yang tak sanggup kami memikulnya. Beri maaflah kami, ampunilah kami,dan rahmatilah kami. Engkaulah Penolong kami, maka tolonglah kami terhadap kaum yang kafir.” (Al-Baqarah :286)
Read full post »

Tuesday, March 28, 2006

Life, Choice & Value

1 comments
“Hidup ini adalah pilihan”. Begitu kalimat yang sering banget gw denger. Mungkin emang bener ya hidup itu emang pilihan. Tapi masalahnya, pilihan siapa? Siapa yang milih jalan hidup kita? Terlepas dari takdir yang sudah digariskan oleh ALLAH SWT tentang hidup kita, idealnya sih kita sendirilah yang harus menentukan pilihan dan menentukan jalan hidup kita, karena yang ngejalanin khan kita juga. Harusnya kita sendiri lah yang menjadi arsitek dalam mendesain jalan hidup kita. Tapi kita juga gak bisa memungkiri bahwa ada buanyak sekali faktor2 di luar kita yang sangat mempengaruhi kita dalam membuat pilihan2 dalam hidup. Karena kita gak tinggal sendirian di dunia ini. Karena kita juga gak bisa hidup sendirian.

Nah, begitu juga halnya hidup gw sekarang ini. Beberapa waktu yang lalu, gw udah menyiapkan master design hidup gw. Gw udah memiliki sejuta rencana yang akan gw jalankan. Tetapi ternyata pada prakteknya, gak ada satupun rencana2 gw tersebut berjalan PERSIS seperti yang udah gw rencanakan sebelumnya. Bahkan banyak hal2 yang pada akhirnya ‘memaksa’ gw untuk melakukan pilihan2 pahit yang sebenernya gak pernah ada dalam option2 gw sebelumnya.

Dan sekarang, lagi-lagi hal ini terjadi. Gw kembali ada di persimpangan. Gw tau pada akhirnya gw pasti harus berkompromi. Selama tidak menyangkut hal2 yang bener2 prinsip buat gw, gw ngga keberatan untuk berubah. Tapi sutra lah, seandainya gw mesti ngambil keputusan yang gak sesuai dengan rencana gw, -- tapi masih sesuai dengan hati nurani gw – gw gak akan terlalu keberatan kok. Selalu ada jalan lain menuju Roma (bukan bang Haji Rhoma yaaa....). Gw bukan tipe orang yang saklek, keukeuh gumeukeuh, ngotot mesti ngelakuin hal2 sesuai dengan keinginan dan rencana gw. Buat gw, keadaan gak selalu ideal, bahkan hampir gak pernah ideal. Dalam melakukan sesuatu yang udah gw rencanakan, selalu ada modifikasi2, penyesuaian, dan adaptasi sesuai dengan kondisi yang sedang berlangsung saat itu. Apakah ini menjadikan gw sebagai orang yang plin-plan, gak teguh pendirian, and gak punya prinsip?? Mungkin iya. Tapi menurut gw sih ngga juga ya. Dalam (hampir) setiap hal, gw udah punya garis batas sendiri. Dosen SDM gw, Ibu Yuni, -- hallow ibu, kangen deh pengen ngikutin kuliah ibu lagi, yang selalu inspiring dan gak pernah bikin kita ngantuk :-) -- menyebut batas itu dengan istilah value. Nah, selama enggak berbenturan dengan value gw itu, gw masih bisa untuk bertoleransi.

Gw rasa setiap orang juga punya value masing2, dan intervalnya mungkin akan berbeda2 bagi tiap orang. Misalnya valuenya si A adalah menjadi orang yang jujur, maka si A itu dalam setiap gerak hidupnya pasti akan selalu berusaha untuk berbuat jujur, tapi mungkin si A ini masih menoleransi terhadap apa yang disebut orang dengan white lie, sehingga kadang2 si A ini masih suka ‘berbohong demi kebaikan’. Mungkin si B yang punya value sama persis dengan si A justru tidak menoleransi white lie ini, sehingga tak perduli apapun dan bagaimanapun kondisinya, si B berprinsip dia harus selalu berkata jujur dan apa adanya, karena mungkin menurut si B ini, kebohongan -- bagaimanapun bentuknya -- tetep dosa hukumnya dalam agama. Jelas khan, walaupun si A dan si B ini memiliki value yang sama, tetapi mereka berdua memiliki batas toleransi/interval yang berbeda.

Nah, mungkin ini juga sebabnya akhir2 ini masyarakat Indonesia rame2 menolak dan mendukung RUU APP. Karena setiap orang punya value dengan batasnya masing2. Bahkan gw perhatikan di milis2 yang gw ikutin, gak sedikit orang2 yang saling berdebat, saling menghujat, saling melecehkan, dan saling merendahkan tingkat intelektual lawan debatnya, demi ‘memaksakan’ kebenaran pendapatnya. Masing2 pihak merasa dia mewakili pihak yang lebih besar (baca: rakyat Indonesia) . Gw sih biasanya cuma geleng2 kepala dan kadang2 ketawa sendiri aja kalo ‘menyaksikan’ debat yang gak sehat kayak gitu. Mau nengahin, males. Mau ikutan sumbang pendapat, kayaknya malah akan memperkeruh suasana. Trus kalo diam gak ikut2an menanggapi topik tersebut, dibilangnya orang yang gak peka lah, gak perduli sama kepentingan rakyat lah, gak punya pendirian lah, egois lah. Heheee...serba salah yah :-) Emang sih, pada dasarnya kita gak bisa memuaskan setiap orang.

Well, terus terang gw juga belum bisa bersikap pro atau kontra karena gw gak pernah baca sendiri draft RUU APP ini. Gw gak mau berpendapat mengenai hal2 yang gak gw tau sama sekali, ntar malah keliatan bodoh -- persis kayak orang2 yang banyak debat di milis2 itu...heheee...

Sebenernya banyak juga sih temen2 yang ngirimin draft itu via email ke gw, tapi begitu baca halaman pertama...huuuaaahhh.....langsung ngantuk and bosen bacanya. Gw paling benci baca2 kayak gitu, bahasanya itu boow...please dech. Njelimet, bertele-tele, penuh dengan istilah2 hukum yang ngga membumi dan kadang2 ambigu, and kayaknya emang didesain sebagai alternatif obat buat orang2 yang menderita insomnia akut ;-p
Ya akhirnya gw males deh baca kelanjutannya. Gw putuskan untuk mengamati aja deh gimana nanti jadinya. Kalo ternyata RUU ini di sahkan, gw tinggal ngeliat aja gimana pelaksanaannya. Toh, gw punya value sendiri khan buat menilai apakah UU ini baik di mata gw atau ngga. Buat gw sih simple aja. Setiap orang beragama memiliki Buku Pedoman masing2. Bagi gw yang muslim, berarti Al-Qur’an dan Hadits. Nah buat gw, kedua hal itulah yang harus gw jadikan ‘manual book’ buat hidup gw. Al Qur’an & Hadits ini kedudukannya jauh lebih tinggi dari UU manapun. So, kalo misalnya UU APP nanti ternyata gak sesuai dan bertolak belakang dengan ‘manual book’ yang gw punya, tentunya gw akan mengabaikan UU ini. Tetapi kalo ternyata sesuai dengan ‘manual book’ gw, ya gw akan dengan senang hati mengikutinya. Simple khan :-)

Dah ah, makin lama ternyata gw tuh cenderung makin ngelantur ya :-)
See u all on my next posting...!!! Wassalamu’alaikum....

Read full post »

Sunday, March 19, 2006

22 Hukum Imut-imut tentang Merk ;-p

0 comments
Judul di atas murni cuma upaya untuk narik perhatian aja, istilah kerennya sih biar punya stopping power gitu deh. Intinya sih gw baru selesai baca buku yang judulnya “The 22 Immutable Laws of Branding” atau terjemahan indonesianya kira-kira “22 Hukum Abadi tentang Membangun Merk”. Buku ini karangan bapak-anak Al Ries dan Laura Ries, dan versi Indonesianya di terbitkan oleh Gramedia. Al Ries sendiri -- bersama Jack Trout -- di dunia pemasaran dikenal sebagai bapaknya positioning, setelah mereka berdua menulis buku berjudul "Positioning : The Battle for Your Mind". Eh, jangan salah tangkep ya, Al Ries juga bapaknya Laura Ries, nah terus punya anak tiri namanya positioning....heheee...sorry ya kalo gak lucu samasekali. Abis gw suka bingung orang2 tuh suka banget ngasih gelar berawalan ‘bapak’ , ada yang bapak pembangunan lah, bapak koperasi lah, bapak pramuka lah, bapak positioning lah. Lha terus anak2 mereka bapaknya siapa donk??

Wokeh, udah cukup ngebahas uneg2 intelektual gw yang gak penting itu. Sekarang kita kembali ke buku yang lagi di bahas ya...
Well, IMHO buku ini bagus banget karena bahasanya gampang dimengerti (gw acungin empat jempol buat yang terjemahin) and juga disertai contoh2 kasus yang ada di sekitar kita. Buku ini membuat gw jadi melek merk. Gw semakin menyadari betapa pentingnya sebuah merk dalam bisnis yang kita jalanin. Gw minta maaf kalo di posting ini gw hanya akan nulis bunyi2 hukumnya aja tanpa disertai penjelasan apapun. Insya Allah mungkin di posting2 selanjutnya kalo gw lagi nulis artikel yang ada hubungannya sama merk, gw mungkin akan mengacu pada salah satu hukum di buku ini.

Ladies and Gentlemen, inilah 22 hukum penting dalam membangun suatu merk menurut Al & Laura Ries... ...jrengg...jreng..... :


1. Hukum Ekspansi

“Kekuatan Merk berbanding terbalik dengan cakupannya”.


2. Hukum Kontraksi

“Merk menjadi demikian kuat jika anda mempertajam fokusnya”.


3. Hukum Publisitas

“Kelahiran sebuah merk dicapai melalui publisitas, bukan pengiklanan”.


4. Hukum Pengiklanan

“Setelah lahir, suatu merk akhirnya akan mati kalau tidak berupaya secara terus menerus melakukan pengiklanan guna menjaga kekuatannya”.

5. Hukum Kata

“Merk harus berusaha keras memiliki sebuah kata di benak konsumen”.


6. Hukum Klaim pada Keautentikan

“Faktor paling krusial bagi keberhasilan sebuah merk adalah klaimnya pada keautentikan”.


7. Hukum Kualitas

“Kualitas itu penting, tapi merk tidak dibangun hanya melulu melalui kualitas”.


8. Hukum Kategori

“Merk yang memimpin harus mempromosikan kategorinya, bukan merknya”.


9. Hukum Nama

“Pada jangka panjang merk tidak lebih dari sekedar nama”.


10. Hukum Perluasan Lini

“Cara termudah untuk menghancurkan sebuah merk adalah dengan menaruh namanya pada semua produk”.

11. Hukum Perkawanan

“Dalam rangka membangun suatu kategori, merk harus menyambut dengan baik merk-merk lain untuk masuk”.

12. Hukum Generik

“Salah satu cara tercepat untuk gagal adalah dengan memberi nama generik pada merk”.


13. Hukum Perusahaan

“Merk adalah merk. Perusahaan adalah perusahaan. Keduanya berbeda”.


14. Hukum Anak-Merk (Sub-brand)

“Apa yang telah dibangun oleh suatu merk, sub-branding dapat menghancurkannya”.


15. Hukum Saudara Sekandung

“Selalu ada waktu dan tempat untuk meluncurkan merk kedua”.


16. Hukum Bentuk

“Logo seharusnya didesain supaya sesuai dengan mata kita. Kedua mata”.


17. Hukum Warna

“Suatu merk harus menggunakan warna yang berlawanan dengan warna pesaing utamanya”.


18. Hukum Batas

“Tidak ada batas dalam melakukan branding secara global. Merk seharusnya tahu persis hal ini”.


19. Hukum Konsistensi

“Suatu merk tidak dibangun semalam. Keberhasilan diukur dalam dekade-dekade dan bukan tahunan”.


20. Hukum Perubahan

“Merk dapat berubah, namun hanya sesekali dan dengan ekstra hati-hati”.


21. Hukum Mortalitas

“Tak ada merk yang bisa kekal selamanya. Euthanasia kadang merupakan solusi terbaik bagi suatu merk”.

22. Hukum Ketunggalan Arti

“Aspek yang paling penting dari suatu merk adalah ketunggalan arti”.

Nah, itulah 22 hukum itu teman2. Gimana?? Bingung?? Kurang Jelas?? Pengen tau jawabannya?? Mari kita tanya Galileo....:-D
Makanya kalo pengen lebih jelas, beli azza bukunya yaa. Atau kalo bukunya kemahalan, silahkan mampir ke taman bacaan gw yang di Bandung (heheee....gak apa2 ya promosi dikit). Akhirul kalam, semoga apa yang gw tulis di blog hari ini bisa jadi manfaat buat temen2 semua. Ciaaooooo.......!!
Read full post »
 

Copyright © CARPE DIEM!!! Design by Free CSS Templates | Blogger Theme by BTDesigner | Powered by Blogger