Wednesday, April 04, 2007

Ketika Cinta Bertasbih (1)


Sampai detik ini, udah banyak sekali novel yang saya baca. Tapi diantara sekian banyak novel2 yang pernah saya baca tersebut, hanya sedikit saja yang memberi kesan sangat mendalam setelah saya selesai membacanya. Satu diantara novel yang paling berkesan buat saya dan benar2 membuat merenung dan “bete” berat adalah novel “Ayat Ayat Cinta” -- (A2C) -- yang ditulis oleh Habiburahman el Shirazy a.k.a kang Abik. Gimana ngga jadi bete coba, setelah membaca novel itu, tiba2 saja saya merasa keciiillll bangett. Tiba2 saja saya menyadari betapa ceteknya pengetahuan dan pemahaman saya tentang agama yang sudah puluhan tahun saya anut. Tiba2 saja saya menyadari betapa sedikitnya hal yang telah saya lakukan dalam hidup saya dan betapa saya ternyata belum memberi kontribusi apapun kepada agama dan lingkungan sekitar saya. Singkatnya, setelah membaca novel ini membuat motivasi saya untuk berkontribusi lebih banyak lagi untuk dunia yang sedang saya tinggali sekarang ini. Well, novel ini memang pantas disebut sebagai novel pembangun jiwa.


Anyway, bukan novel A2C ini yang akan saya bicarakan sekarang. Melainkan novel barunya kang Abik yang berjudul “Ketika Cinta Bertasbih (bagian 1)” -- KCB1 --. FYI, novel ini adalah novel dwilogi, yang juga diterbitkan oleh Republika. Saya beli novel ini (seperti biasa) di Palasari 2 minggu yang lalu. Lumayanlah dapet diskon 25% dari harga normal :-p


Novel ini memang masih senada dengan novel A2C, dimana masih mengusung tema kehidupan mahasiswa di Mesir dengan segala permasalahan hidupnya, termasuk permasalahan yang selalu diminati oleh setiap orang, which is LOVE :-)

Seperti halnya A2C, novel KCB1 ini adalah novel motivasi yang luar biasa mencerahkan, mengajak kita untuk lebih jernih dan lebih cerdas dalam memahami keislaman, kehidupan dan juga cinta. Di novel ini kang Abik mengajak kita untuk memahami apa makna prestasi yang sesungguhnya.

And seperti halnya ketika membaca novel A2C, ketika membaca novel inipun beberapa kali saya ‘dipaksa’ termehe mehe meneteskan air mata *fyi, cowok nangis bukan berarti gak macho yah sodara sodara :-p *

Saya saja yang gak pernah mengalami kuliah jauh di luar negeri, tetap bisa merasakan bagaimana kecintaan dan kerinduan Azzam yang luar biasa kepada Ibu dan tiga adiknya di kampung. Kecintaan itu juga jelas tergambar dalam perjuangan Azzam dalam melakoni peran gandanya sebagai mahasiswa sekaligus pengusaha bakso dan tempe.


Dalam novel ini, tokoh sentralnya adalah Khairul Azzam, seorang mahasiswa Indonesia yang menjalani kuliah di Universitas Al Azhar, Mesir. Berbeda dengan tokoh Fahri di A2C, walaupun sama cerdas, di mata teman2 mahasiswa di Mesir Azzam ini tergolong mahasiswa yang tidak berprestasi. Dikalangan mahasiswa dan orang Indonesia yag tinggal di Mesir, Azzam lebih dikenal sebagai pengusaha bakso dan tempe daripada sebagai seorang mahasiswa yang cerdas dan berprestasi. Dimata mereka, Azzam adalah sosok mahasiswa yang lebih mementingkan bisnisnya dibanding kuliahnya.

Tapi memang ada persamaan yang sangat jelas antara tokoh Fahri di novel A2C dengan tokoh Azzam di novel ini. Kedua duanya adalah mahasiswa Indonesia yang walaupun (relatif) miskin tapi sangat berkarakter. Kedua tokoh ini adalah orang yang bersahaja, berprinsip, kuat imannya, haus ilmu, baik hati dan memiliki semangat hidup yang menyala nyala.


Selanjutnya...., silahkan baca sendiri aja yah :-)

Silahkan ‘menyaksikan’ sendiri suka duka kehidupan Azzam dan teman2nya di Mesir sana.

Silahkan belajar dari Azzam tentang apa sebenarnya makna prestasi dalam hidup.

Silahkan belajar dari Azzam dan teman2nya tentang bagaimana seharusnya seorang muslim mengisi hidupnya dengan penuh makna. Bagaimana etos kerja yang seharusnya dimiliki seorang yang mengaku muslim. Tidak ada detik yang terbuang sia-sia.

Silahkan belajar dari Azzam dan teman2nya tentang apa dan bagaimana seharusnya manusia (especially moslems) memperlakukan ‘makhluk’ yang dibenci sekaligus dirindukan tiap manusia, which is LOVE.


Ada beberapa quote berkaitan dengan cinta yang saya suka dalam novel ini:

Cinta sejati itu menyembuhkan, tidak menyakitkan”

Cinta sejati itu tidak menzalimi. Cinta sejati berorientasi ridha Ilahi”

Pecinta sejati bukanlah pecinta yang selalu siap menentang badai demi oraang yang dicintainya. Pecinta sejati adalah orang yang mencintai karena Allah dan Rasul-Nya”.


Beautiful, isn’t it? :-)


Well.., happy reading, guyrls!

0 comments:

 

Copyright © CARPE DIEM!!! Design by Free CSS Templates | Blogger Theme by BTDesigner | Powered by Blogger